Assalamualaikum..

Mencoba menyelaminya sekali lagi...
Hidup adalah memaknai apa yang kita dapat dan mensyukuri apa yang kita terima..

Kamis, 29 Oktober 2009

Jodoh 2


Beberapa hari yang lalu, saat sedang menunaikan sholat subuh, aku dikejutkan dengan kedatangan seseorang, betapa tidak?? Ternyata orang itu adalah mantan calon suamiku dulu. Selain Kedatangannya yang membuat aku shock, juga karena pengakuannya yang sempat membuatku hampir pingsan, ternyata salah satu alasan yang membuat mantan calon suamiku dulu membatalkan rencana pernikahan kami bukan karena keluarganya tapi karena dia menduakanku dengan wanita lain, Astaghfirullah. Sejujurnya saat itu air mataku tak dapat dibendung lagi, aku hampir tidak percaya orang yang begitu aku percayai tega menghianati kepercayaanku. Aku juga tidak percaya seorang laki – laki yang begitu aku hormati dan aku banggakan didepan teman – temanku ternyata tidak separti harapanku.

Saat itu dia menunduk malu meminta maaf kepadaku, menyesali semua perbuatannya kepadaku, karena ternyata menurutnya wanita itu tidak sebaik aku. Ya Robby...entah kenapa hati ini yang sebelumnya sudah belajar mengikhlaskan dia,tiba – tiba diselimuti rasa benci, marah, kesal, dan kecewa yang luar biasa. Terlintas diotakku semua janji- janji yang dulu dia pernah katakan kepadaku, juga rasa sesak dihatiku, kalau mengingat-ingat dulu kami berencana ingin menikah bulan syawal ini, dan seharusnya kurang sebulan lagi...

Kini semua rencana itu tinggalah rencana. Semuanya menguap seperti air yang terkena panas. Aku hanya bisa menerima semua itu, tak ada alasan untuk menghindar karena semuanya sudah terjadi. Satu hal yang aku terapkan untuk diriku sendiri adalah aku tidak perlu menangisi sesuatu yang bukan milikku. Tentu akan lain ceritanya kalau dia suamiku, nyatanya dia belum jadi apa – apa dalam hidupku. Jadi kenapa aku harus bersedih ?? buat aku hidup ini sudah terlalu indahnya sehingga tidak ada alasan untuk aku untuk tidak menikmati hidup, hanya karena dia.

Hal lainnya ?? aku tidak ingin rugi untuk kedua kalinya, rugi karena aku sudah ditinggalkan dia ( tapi setelah aku fikir- fikir kayanya dia yang rugi sudah meninggalkan aku ) dan rugi masa depan aku hancur karena terus menerus memikirkannya. Justru sekarang aku merasa lebih dekat dengan Robbku, merasakan manisnya iman dan merasa jauh lebih tenang dari sebelumnya. Tak ada yang aku sesali untuk semua yang sudah terjadi, semua sudah menjadi ketentuan – Nya. Tak ada selembar daun pun yang jatuh tanpa sepengetahuan Dia. Meski susah, aku akan mengikhlaskannya, aku selalu khusnudzon sama Alloh SWT, bahwa ada rencana lain yang lebih indah dari rencana yang aku buat.

Aku semakin menyadari betapa Allah sangat menyayangi diriku. Akhirya mataku terbuka, bahwa kaulitas sesorang itu tidak bisa dilihat dari tampilan luarnya, tapi dari imannya yang kemudian diaktualisasikan dalam akhlaknya. Aku bersyukur karena aku mengetahuinya sekarang, coba kalau kami sudah menikah dan dia menghianati aku?? aku tidak dapat membayangkan seperti apa jadinya.
.
Selanjutnya aku memperoleh pelajaran yang sangat berharga, Allah mengingatkan aku untuk lebih berhati – hati dalam memilih suami, jangan hanya silau karena ketampanannya, dan hartanya, dan yang lebih penting lagi aku tidak akan menjalani sebuah komitmen kecuali untuk menikah, tanpa pacaran dan tanpa mengulur – ulur waktu. Prinsipnya ta’aruf, khitbah, menikah baru kemudian pacaran setelah halal. Insya Allah...

Untuknya?? aku akan belajar untuk memaafkannya semampuku. Ada doa yang selalu aku panjatkan diakhir sujud sholatku: “ Ya, Alloh netralkan hati ini, buanglah semua perasaan kesal, benci, marahku kepadanya, dan lapangkanlah hati ini agar dapat memaafkannya...amin..”











Jakarta.
Sabtu, 15 Agustus 2009
13.30 WIB
*special moment in Thursday’

Jodoh


Sejujurnya aku tidak pernah menyiapkan hatiku untuk jatuh cinta dengan seseorang, pun aku tidak pernah merencanakan dengan siapa aku harus jatuh cinta. Aku ingat dulu ketika aku kelas satu SMA, aku jatuh cinta dengan seorang temanku ( laki – laki, pastinya!! ), aku tidak bisa kosentrasi belajar dalam kelas, aku ingin segera istirahat, atau cepat pulang agar aku bisa melihat wajah orang yang aku cintai. Aku akui waktu itu aku jadi semangat untuk ke sekolah, semangat mengerjakan soal – soal di LKS, agar ketika dia meminjam bukuku, semua soal – soal itu sudah terjawab, dan dianggap rajin oleh dia. Dulu ketika aku jatuh cinta dengan dia aku tidak punya begitu banyak syarat, yang penting fisikya OKE. Karena yang aku tahu temanku itu tampan, tinggi, pemain basket dan beberapa kelebihan lainnya yang membuat aku bangga saat bersama dengan dia, setidaknya bisa aku pamerkan didepan teman – temanku.hehe...

Menginjak usia 20 an aku tidak begitu mengutamakan fisik, tapi lebih kehati. justru aku memutuskan menjalin sebuah komitmen dengan orang yang sangat biasa sekali, baik dari segi fisik maupun dari segi materi, itu karena aku merasa dia begitu care dengan hidupku. Sabar, baik hati, suka mengalah dan sangat sederhana. Dari dia aku belajar untuk berbagi dengan orang lain walaupun terbatas, aku sering melihat begitu pemurahnya dia pada setiap orang, ringan tangan menolong siapapun yang membutuhkan, buktinya dia tidak pernah mengatakan tidak pada orang minta pertolongannya, subhanallah menurut aku dia kaya hati. Tapi akhirnya aku harus berfikir ulang untuk melangkah lebih jauh denga dia karena perbedaan cara berfikir kami tentang masa depan, ilmu dan agama. Dan syarat yang terakhir itulah yang tidak bisa aku tawar – tawar lagi, karena bagiku seorang laki – laki harus mampu menjadi imam untukku dan keluargaku kelak, dan harus bisa mengambil sikap dalam hal apapun, aku ingin sosok lelaki yang tegas, tidak plin plan dalam mengambil keputusan. Karena jika laki – laki tidak bisa mengambil sikap maka aku khawatir aku lebih dominan, dan menjadi kepala keluarga sehingga kehidupan keluarga tidak balance.

Di usiaku yang hampir seperempat abad, aku menemukan sosok lelaki impianku, yang menurut penilaianku sangat ideal, tampan, mapan, baik, dan diennya baik. Subhanallah Pada waktu itu aku merasa jadi wanita yang paling beruntung, sering kali dia menjadi imam sholat, ketika ada acara-acara di kampus. Begitu terpesonanya aku dengan dia yang hampir perfect itu membuat aku jadi lupa bersyukur, kecintaanku sangat berlebihan, begitu overprotectif dengan dia, kadang juga paranoid berlebihan, takut kalau – kalau ada yang mengambil dia dalam hidupku. Aku juga sering cemburu ketika ada sms dari wanita lain aku temukan di hp nya sekalipun kata dia itu temannya. Aku jadi tidak confort dan enjoy menjalani komitmen itu, apalagi aku tau banyak yang mencintai dia. Aku juga merasa minder dengan keadaan diriku yang sangat biasa saja. Anehkan ???

Seiring berjalannya waktu, aku mencoba meminimalkan sikap – sikap yang negatif itu, apalagi komitmen kami semakin kuat untuk melangkah kedepan. Namun entah mengapa semakin aku menjalani ke arah yang serius semakin aku ragu, karena keluarga besar dia tidak bisa menerima kehadiranku, karena back ground hidupku, dari suku yang berbeda, tempat tinggal yang jauh ( yang menurut mereka sulit dijangkau ketika menikah ) dan berbagai alasan lainnya yang menurut aku aneh dan terkesan dibuat – buat. Selain itu aku juga merasa dia mulai menekan kebebasanku dalam banyak hal, termasuk dalam hal berbusana. Dengan alasan agama dia mulai mengatur pergaulanku ( padahal selama ini aku bergaul dengan siapapun),meski aku tahu niatnya baik tapi entahlah tiba – tiba aku merasa tidak bisa menjadi diriku sendiri, apapun yang aku lakukan harus sesuai dengan keinginan dia, dia menginginkan aku berubah total dan aku merasa perubahan itu butuh waktu, dan proses. Bagaimanapun tidak ada yang instan. ( mie instan pun harus dimasak dulu, iya kan ?? ) Entahlah...tiba – tiba aku merasa begitu lelah menghadapi berbagai konflik, apalagi ketika keluarga besarnya menekanku, dia justru tidak berada dipihakku memberikan spirit, dia justru memilih menghindar dari masalah, dan akhirnya menyerah melepas aku dan menuruti keinginan keluarganya. Terus terang Aku kecewa saat itu. Kenapa dia tidak mau berjuang bersama – sama dengan aku membuktikan ke keluarga besarnya, kalau aku bisa menjadi yang terbaik. Kenapa dia meninggalkan aku disaat aku sedang bermetamorfosis seperti keinginannya, Hijrah menjadi muslimah yang kaffah. Saat itu aku merasa begitu kehilangan,,,

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun...segala sesuatu adalah titipan termasuk perasaan aku ke dia yang Allah titipkan dalam hatiku, dan ketika titipan itu diminta lagi sama Allah aku harus ikhlas merelakannya. Ternyata dari sinilah Allah sedang berbicara denganku, mengingatkan aku kalau segala sesuatu yang sempurna itu belum tentu membahagiakan untuk kita. Mengingatkan aku juga kalau sesuatu yang baik di mata kita, belum tentu baik di mata Allah SWT, justru saat keinginan aku terpenuhi ( laki – laki yang sesuai dengan kriteriaku) aku lupa bersyukur, pikiranku sibuk dengan memuja dia, sibuk dengan urusan – urusanku memikirkan masalah – masalahku dengan dia, hingga aku melalaikan – Nya, dan mengurangi waktuku beribadah pada Allah. Kecintaan aku terlalu berlebihan, seharusya kecintaan pada sesama Makhluk berada dibawah kecintaan terhadap Allah SWT, dan Rosul – Nya. Bukan malah sebaliknya, Astaghfirullah.......

Dari pristiwa itulah aku belajar mengambil ibrohnya, Kedepan aku hanya memasrahkan perjalanan cintaku kepada Allah, biarkan Dia yang memilihkan jodoh yang terbaik untukku menurut – Nya, tentunya seorang laki – laki yang bisa menjadi imam dalam kehidupanku, menuntun aku kejalan – Nya. Bisa memberikan ketenangan lahir batin untukku. Aku cuma ingin menjalani seumur hidupku dengan lelaki terbaik, sehingga aku terinduksi semua sifat – sifat baik dari dia.

Aku juga berharap ketika aku menikah nanti aku bisa menyatukan dua keluarga besar dalam sebuah ikatan silaturahmi yang kuat. Namun, Sekarang aku ingin memperbaiki kualitas keimananku, rasanya tidak mungkin aku mendapatkan seorang ikhwan yang baik jika diriku pun masih sangat berantakan. Aku Cuma berfikir positif, mungkin kegagalanku kemarin karena aku tidak pantas untuk dia, dan dia berhak mendapatkan yang terbaik atau justru Allah akan mengganti seseorang yang lebih baik lagi untukku dan juga untuk orang – orang disekitarku, amin...Aku juga ingin memperbaharui niatku, menikah karena ibadah kepada Allah SWT, karena aku ingin membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan Waro’mah.

aku jadi ingat prinsip 2426 ( Q.S An – Nur : 26 ) Yang isinya perempuan – perempuan keji hanyalah untuk laki – laki keji, dan laki – laki keji hanyalah untuk perempuan – perempuan keji,sedangkan perempuan – perempuan baik hanyalah untuk laki – laki baik, dan laki – laki baik hanyalah untuk perempuan – perempuan baik pula. Jangan mengharap fatimah jika kamu tak seperti ali, dan janganlah mengharap hadijah jika kau tak seperti Rosulullah Muhammmad. Kualitas seorang bisa dilihat dari apa dan siapa yang dicintai, sebab hakikatnya tidaklah dia mencintai selain diri sendiri, tidaklah seseorang mencintai, kecuali kecenderungan dan lukisan hatinya. Mereka yang rendah kan mencintai kerendahan dan mereka yang tinggi kan mencintai ketinggian, Jadilah mulia maka kan kau dapatkan kemuliaan itu...












Rabu, 28 Oktober 2009

Sekedar senyum


Sudahkah anda melakukan sesuatu yang berarti untuk orang lain, selama anda hidup? Saya sendiri kadang merasa sebenarnya diusia saya yang hampir menginjak seperempat abad ini saya belum melakukan apapun yang berarti untuk orang lain. Kadang saya berfikir apa iya saya tidak bisa melakukan apapun untuk orang – orang terdekat saya, sehingga jika kelak Allah SWT memanggil saya , saya punya sesuatu yang bisa dikenang oleh orang – orang terdekat saya itu, Tapi apa ya..???

Seperti biasa setelah sholat maghrib saya selalu bercerita tentang banyak hal kepada jagoan kecil saya, yaitu keponakan saya yang berumur 5 tahun, saya suka bercerita tentang banyak hal, tentang kehidupan Rosulullah Saw, dan cerita binatang – binatang kemudian saya ajarkan hikmah dibalik cerita itu, biasanya saya menggunakan berbagai macam boneka, dan setelah selesai dia selalu tersenyum, entah mengapa saya sangat senang melihat senyum polosnya, dan sejak saat itulah saya ingin selalu membuat orang – orang terdekat saya tersenyum dengan kehadiran saya.

Saya sadar sebuah senyuman akan sangat berarti untuk mereka, paling tidak ketika saya jauh dari mereka, mereka akan selalu mengenang saya karena senyuman yang saya berikan untuk mereka. Saya pun sadar juga ketika saya melihat orang –orang terdekat saya ( keluarga saya ) tersenyum, saya merasakan kebahagiaan yang tak ternilai dengan apapun juga, kebahagiaan yang mengalir keseluruh tubuh saya yang membuat saya terinspirasi untuk melakukan hal – hal positif lebih banyak lagi. Dan menambah spirit dalam hidup saya. Dan ketika saya merasakan kesepian, dan merasa terasing karena jauh dari keluarga saya , maka saya sadar sepenuhnya kalau saya merindukan mereka, merindukan bercengkrama dengan mereka, merindukan senyuman mereka.

Subhanallah...ternyata ketika kita sendiri, hidup kita tak berwarna. Betapa keluarga memberikan input begitu banyak dalam hidup kita. Keluarga adalah harta yang tak ternilai apapun. Saya yakin ketika terjadi sesuatu terhadap diri kita maka orang pertama yang akan care dengan kita adalah keluarga kita. Bahkan sedekat apapun kita punya sahabat tidak akan pernah menggantikan posisi keluarga kita. Ibu, bapak, kakak, adik dan orang – orang yang menjadi bagian penting dari keluarga kita adalah spirit hidup kita, yang akan membuat hidup kita terasa begitu indah.

Jadi apabila selama ini anda melupakan mereka dan belum melakukan apapun untuk mereka, maka mulailah lakukan sesuatu, walaupun cuma sekedar senyuman ? Mau mencoba?????(^_^)



Jakarta.
Selasa, 17 maret 2009

Pa'e (Bapakku)



Kadang mataku sering berkaca – kaca kalau aku melihat sosok lelaki yang satu ini, sosok lelaki yang paling berarti dalam hidupku, dan lelaki yang paling aku cintai dalam hidupku, pelangi dalam langit hatiku yang membuat hidupku lebih berwarna. Tanpa beliau aku tidak akan mungkin jadi seperti ini...Begitu berartinya beliau dalam hidupku, hingga aku ingin sekali menghabiskan sisa hidupku untuk merawat beliau.

“ Bapak” begitu panggilanku untuk beliau. Beliau mendidikku dengan sangat keras dalam hal apapun, terutama dalam masalah pendidikan agama. Aku ingat dulu ketika aku masih kecil, beliau sangat marah bila aku tidak sekolah madrasah atau ngaji, atau ketika aku terlambat bangun dan kesiangan sholat subuh.

Bapak bagi sebagian orang adalah tempat bermanja, setelah ibu, tapi tdak bagi aku. Kadang aku iri melihat anak kecil yang merengek – rengek minta sesuatu kepada ayahnya, karena sejak kecil aku jarang sekali bercengkrama dengan bapak, bukan karena takut tapi, aku segan.

Bapak adalah sosok yang sangat sederhana, karena bapak hanya seorang pegawai negeri itupun golongan yang paling bawah. Gaji bapak yang tidak terlalu besar menuntut kami sekeluarga harus hidup hemat, meskipun demikian keluargaku termasuk keluarga yang berkecukupan, Alkhamdulillah aku dan beberapa kakakku bisa sekolah lancar sampai SMA, bahkan kakakku ada yang kuliah, tentu saja semua itu tak lepas dari kerja keras bapak.

Aku ingat dulu ketika bapak masih dinas, bapak selalu memakai sepeda tuanya, hingga suatu ketika aku pernah protes sama bapak, karena bapak tidak punya sepeda motor padahal temanku yang kebetulan bapaknya juga teman bapak satu kantor punya motor, tapi bapak menyikapi protesku dengan bijak. Kini aku tahu alasan bapak seperti itu, karena bapak tidak mau di kejar - kejar hutang, karena bapak ingin mengajari pada kami menjadi orang yang sederhana. Dulupun rumahku begitu sederhana, berdinding papan, juga berlantai tanah. Semuanya berubah ketika bapak pensiun, perlahan tapi pasti sedikit demi sedikit rumah tuaku direnovasi, itupun karena bapak mendapat pesangon hasil jerih payah bapak selama hampir 25 tahun menjadi PNS.

Bagiku, bapak adalah guru dan penasehatku, sangkin begitu seringnya beliau menasehatiku, aku jadi ingat beberapa nasehat beliau
“nek arep seneng, susah ndisi..” (Kalau mau hidup bahagia, harus hidup susah dulu)
“ajo lali sholat tahajut...” ( jangan lupa sholat tahajut..)
“wong urip ki kudu prihatin...” ( Orang hidup itu harus hemat ), dll.


AKu kadang interest dengan sifat beliau yang tegas dalam masalah keilmuan. Jalan pikiran beliau selalu berorientasi kedepan, karena beliau seorang pegawai atau dalam lingkungan tempat tinggalku, aku sebut priai Kecil. Dalam hidupku, bapak punya kontribusi besar, yang tidak ternilai. Dulu aku sering berontak dengan semua aturan – aturan beliau. Tapi sekarang aku sadar bahwa semua yang dilakukan bapak untukku adalah demi kebaikanku sendiri. Malahan aku sangat bersyukur punya bapak seperti beliau. AKu tahu, dibalik semua sifat keras beliau ada kelembutan luar biasa, yang beliau sembunyikan.


Kini Bapak sudah sangat sepuh, kulitnya keriput dimakan usia. Jari – jari tangannya yang dulu begitu kuat kini sudah mulai lemah. Namun sosoknya tetap berwibawa untukku. Ingin rasanya aku menemani beliau di masa tua beliau. Mengganti semua ketegasan beliau saat mendidikku diwaktu kecil dengan kelembutan...

Ingin sekali aku menyelimuti beliau disaat tidur, sama persis ketika aku masih kecil aku sering pura – pura tertidur depan TV agar digendong beliau kekasur dan diselimuti beliau. Subhanallah....

Aku kadang merasakan ikatan batinku dengan beliau sangat kuat. Beberapa kali ketika bapak saya gerah aku juga ikut merasakan sakit, Seperti ada aliran listrik dalam tubuhku, karena aku dapat merasakan sakit bapak, sering kali juga bapak ada dalam mimpiku, ketika aku begitu merindukan beliau.

Aku juga sadar kalau aku tidak akan sanggup membayar setiap tetes keringat bapak yang membesarkanku, menyekolahkanku, dan mendidikku hingga aku jadi seperti ini. Namun, dibalik keterbatasanku, aku selalu mendoakan beliau setiap waktu, setidaknya disetiap sujudku. Masih ada begitu banyak hal yang aku ingin persembahkan untuk beliau. Aku ingin melihat beliau tersenyum penuh kebanggaan melihat aku memakai toga. Pun aku ingin beliau ada dalam moment paling bersejarah dalam hidupku, ketika kelak aku menikah, beliau menjadi wali saya.

Rabb...Ampunini dosa – dosa beliau, beri kesehatan lahir batin kepada beliau, usia yang panjang namun penuh barokah. Matikanlah beliau dalam keadaan khusnul khotimah...beri beliau tempat yang terbaik disyurga – Mu kelak. Jangan Engkau ambil Beliau sebelum hamba membahagiakan beliau...Semoga setiap amal shalih yang hamba kerjakan menjadi Amal shalih juga bagi beliau. Rabb...dengar dan kabulkan doa hamba ini.

RABBANA FIRLI WALIWALIDAYYA WARKHAMHUMA KAMA RABBAYANI SOGHIRA..




Jakarta.
Selasa, 17 maret 2009
Untuk bapak, aku mencintaimu karena Allah

Untukmu cinta..


Untukmu cinta...
Sejauh apapun bintang di langit,
Aku akan pergi kesana untuk mendapatkannya...
Kamu adalah sebuah keindahan yang singgah ketika dunia ini gelap...


3 baris puisi diatas, sengaja aku sadur untukmu cinta, suamiku kelak. Sebuah cahaya yang Allah SWT hadiahkan dalam hidupku yang kian meredup, belahan jiwaku. Laki - laki terbaik milik Allah yang allah anugrahkan dalam hidupku. Jika saat itu tiba, engkau mengucapkan kalimat ijab kabul itu didepan penghulu mungkin saja saat itu air mata ini akan meleleh karena begitu bahagianya aku menjadi bidadarimu didunia, wanita pertama yang akan kau jumpai saat engkau membuka dan menutup mata. Pasti aku akan jadi wanita yang paling bangga karena dari berjuta – juta wanita di bumi ini akulah wanita yang kau pilih untuk menjadi istrimu. Mungkin saat itu aku akan membeli kunci gembok, akan kubuka hatimu, ku masukkan cintaku, kemudian aku tutup rapat – rapat agar seumur hidupmu tidak ada orang lain yang bisa memasuki hatimu selain aku. Ketika kalimat ijab qobul itu telah selesai kau ucapkan, aku lihat engkau tersenyum lega, karena semenjak hari itu juga kamu tidak sendirian lagi, ada aku yang akan selalu menemanimu dalam keadaan apapun. Kau tahu cinta? Saat kau mengecup keningku untuk kali pertama, maka akan ku hadiahkan untukmu sebuah kalimat terindah yang keluar dari hatiku yang paling dalam. Ana uhibbuka fillah..( aku mencintaimu karena Allah... )

Cinta, Bagiku hidup ini adalah seperti potongan episode- episode dalam film. Setiap potongan itulah yang membentuk kisahnya secara utuh bukan memenggal - menggalnya. Meski ada beberapa lelaki yang menjadi episode penting dalam hidupku, tapi semua episode itu telah berakhir namun, hidup harus tetap berjalan dan segera dilanjutkan karena didepanku masih ada episode yang akan segera datang yaitu episode hidupku denganmu. Meski sampai detik ini aku belum tahu siapakah kamu lone rangerku. tapi aku selalu berdoa semoga Allah segera mengirimmu, paket spesial pesananku yang selalu aku minta di setiap sujudku. Amin...

Cinta, Kadang aku berfikir apakah mencintai seseorang sama seperti aku mencintai sebuah buku? Memberiku spirit, inspirasi, juga energi positif dalam hidupku.Tapi, ujung- ujungnya membuat mataku sakit. Bedanya ketika membaca buku aku terbawa suasana, ingin cepat – cepat menyelesaikan isi buku itu hingga berjam – jam lamanya aku menghabiskan waktuku untuk membacanya, itulah yang membuat mataku sakit dan ketika aku mencintai seseorang, orang yang aku cintai sering membuat aku menangis itulah yang membuat mataku sakit. Tapi mungkin kamu, paket spesialku juga seperti buku, kalau tidak mana mungkin aku jatuh cinta dan mau menjadi istrimu nanti,eits...tapi sering membuat aku menangis bahagia bukan tangis sedih, membuat aku bisa bertahan menghabiskan sisa waktu hidupku bersamamu karena ilmumu tak akan habis meskipun seumur hidup aku membaca halaman demi halaman kehidupanmu. Iya kan?he...( jangan GR!! )

Cinta, Meski aku belum tahu kamu tinggal dimana, stok lama atau stok baru ( maksudku orang yang sudah lama aku kenal atau seseorang yang baru aku kenal ) tapi aku yakin kamu seorang laki- laki luar biasa, kalau tidak mana mungkin kamu bisa mencairkan kebekuanku? Kalau tidak mana mungkin juga aku mau jadi istrimu?( hehe...). Asal kamu tahu, ketika aku menulis ini diotakku tak terlintas secuil pun wajahmu dibenakku, karena aku bingung harus menggambarkan kamu seperti apa? Apakah seganteng brad pitt?? Wkwkwk...

Tapi seandainya aku boleh sedikit berhayal , mungkin kamu pria yang berjenggot tipis ( karena aku suka laki- laki berjenggot tipis), low profile, cool, ngga neko-neko, dan sederhana. Walaupun kadang hayalan berbeda jauh dengan kenyataan, tapi semoga tidak terlalu jauh.

Jujur sebelum aku menerima ‘tawaran’ menjadi bidadarimu aku bingung...karena terlalu banyak laki – laki di bumi ini. Bingung karena aku harus mencari calon ayah yang sholeh, yang bisa menjadi ayah yang baik untuk calon anak – anakku, bisa mengajari mereka ngaji setidaknya Alif, ba,ta, tsa....ya. dan bisa menjadi imam ketika sholat berjamaah. Kamu tahu kenapa? Karena aku ingin menjadikan rumah kita nanti seperti syurga, hingga syurga menjadi rumah kita kelak di akhirat dan kita bisa berkumpul kembali. Tapi, akupun sadar untuk mewujudkan itu semua aku pun harus menjadi wanita shalehah, yang giat bertafaqquh fiddin ( mempelajari agama ) dan memiliki sifat robbatul bait ( mampu mengurus keluarga), agar kita bisa menjadikan rumah kita istana kecil, yang didalamnya hanya ada kita berdua, mujahid dan mujahidah kita. Aku yakin pasti istana kita rame, penuh suara - suara lucu mereka ( hehe...). Terbayang betapa bahagianya aku ketika buah hati pertama kita lahir kau menatapku penuh cinta, pasti kamu jadi abi yang paling sibuk, menyiapkan nama untuk ‘fotocopy’ anmu, menggendongnya ( meskipun aku tahu kamu terlihat kikuk karena belum terbiasa ) dan menciumi wajahnya yang begitu polos, bahkan kamu rela bangun tengah malam, untuk sekedar mengganti popoknya yang basah. Aku yakin kamu tidak akan mengeluh meski seharian kamu mencari nafkah untuk kami, semua itu kamu lakukan karena kamu mencintai keluarga kecil kita. iyakan cinta? Pun aku lihat kamu tersenyum bangga ketika dari mulut mungilnya terucap ‘abi’ untuk pertama kalinya.

Sungguh, membayangkan semua itu membuat aku tersenyum & semakin tidak sabar menanti perjumpaan denganmu, membuat aku jadi lebih bersemangat mencari ilmu agar mampu menjadi ibu dan istri yang baik untukmu cinta. Setuju ? (^_^)






Untuk suamiku nanti.
Jakarta,
Jum’at, 23 Oktober 2009.
( 16:44 WIB )