Assalamualaikum..

Mencoba menyelaminya sekali lagi...
Hidup adalah memaknai apa yang kita dapat dan mensyukuri apa yang kita terima..

Kamis, 10 Desember 2009

Satu Alasan Menjadi Guru


Hidup adalah memilih dan ketika sebuah pilihan telah dijatuhkan, maka kita harus siap menerima konsekuensi dari pilihan yang telah kita ambil. Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan siapapun atas pilihan kita termasuk Allah SWT. Karena Memilih dan menjalani pilihan adalah proyek hidup manusia. Dan sekarang saya sudah menjatuhkan pilihan itu. Meski dulu tak pernah terlintas dibenak saya menjadi seorang guru tapi kini saya punya satu alasan kenapa saya memilih menjadi guru.

Seperti guru – guru saya yang begitu hebat, yang mampu memberikan inspirasi dan pencerahan kepada murid-muridnya, saya pun ingin memberi lebih dari itu. Karena menjadi guru harus mampu membentuk karakter ( takwinus syakhsy ) bukan melakukan pembunuhan karakter siswanya. Seorang guru harus mampu melahirkan manusia – manusia yang cerdas dan kuat ideologi dan akidahnya. Karena guru dalam pendidikan islam punya tugas mulia yaitu : ilqo’u ma’lumat ( mentransfer pengetahuan ) dan tahdibul akhlak ( membina dan mendidik akhlak ). Jadi tidak hanya pelajaran-pelajaran yang bersifat umum yang menjadi bidang keahlian yang diajarkan tapi juga diselipkan akhlakul karimah. Hal ini dimaksudkan agar terbentuk pola pemikiran dan pola sikap yang islami
( syakhsiyah islamiyah ) sebagai pancaran dan buah dari aqidah as – shahihah.

Hal lain, seorang guru harus dapat mengimplementasikan sembilan kriteria etos mengajar yang tinggi. Sembilan kriteria tersebut adalah :
Mengajar itu suci.
Mengajar itu sehat.
Mengajar itu rahmat.
Mengajar itu amanah.
Mengajar itu seni.
Mengajar itu ibadah.
Mengajar itu mulia.
Mengajar itu cerdas.
Mengajar itu kehormatan.

Sembilan kriteria etos mengajar ini bermuara pada satu hal yakni mendidik dengan sepenuh hati dan mengantarkannya hingga siap hidup. Jika demikian menjadi guru bukanlah hal yang mudah. Karena seorang guru harus memenuhi 4 kompetensi dasar. Kompetensi Paedagogi, komunikasi, sosial dan kepribadian. Jika salah satu aspek itu tidak dipenuhi maka seorang guru tidak akan bisa menjalankan tugasnya secara maksimal.

Semoga Allah SWT menolong kita memenangkan pertempuran besar melawan kebodohan. Bagaimanapun terbatasnya kita, kita tidak boleh menutup mata melihat orang – orang disekitar kita bodoh. Meski sekarang saya belum menjadi guru tapi semoga suatu saat niat baik ini terlaksana. Menjadi tugas kita untuk terus belajar dan mengajar. When yau see the enemy, yau will see a thousand of battle. Jangan hanya melihat, mendengar, lalu diam karena terlalu bingung melihat persoalan pendidikan di sekitar kita. Lalu mulai mencari – cari alasan untuk tidak melakukan sesuatu dan menghindari masalah dengan berkata : “ Saya tidak bisa melakukan apapun “. Yakinlah kita bisa menjadi guru yang baik, never ending battle melawan kebodohan. Seperti kata sastrawan inggris, T. S. Elliot, “ Masalah pendidikan akan melahirkan persoalan lain di bidang sosial, ekonomi, politik dan keuangan.

Dont gift me a thousand of excuse to do nothing. Gift me just one reason to lift the burden. Jangan beri saya sejuta kilah untuk tak berbuat sesuatu. Beri saya satu alasan saja, untuk melakukan yang saya mampu. Mungkin dalam hidup yang singkat ini saya mampu melakukan itu. Saya merasa hal itu yang paling mudah saya lakukan, karena pada dasarnya semua yang ada di depan kita adalah university of life, universitas kehidupan. Pun saya ingin jadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Khairunnasi anfauhum linnas.

Semoga dengan menjadi seorang guru kita bukanlah termasuk bagian dari masalah, tapi menjadi bagian dari solusi, dan semoga kita tetap istiqomah dengan niat baik juga planning awal kita. Wamaa taufiiqi illaa biLLAAH, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniib.

Jadi, Anda tetap semangat menjadi guru ?? (^_^)



Jakarta,
Rabu, 2 Desember ‘09
15.46 WIB
Special untuk teman2 seperjuangan,
calon guru & guru.