Assalamualaikum..

Mencoba menyelaminya sekali lagi...
Hidup adalah memaknai apa yang kita dapat dan mensyukuri apa yang kita terima..

Jumat, 20 November 2009

Untukmu cinta 2



Walau ke ujung dunia, aku kan menanti...
Walau ke tujuh samudra, aku kan menunggu....
Karena dirimu hanyalah untukku...
( Crisye )

Cinta, Meski waktu terus berlalu dan engkau belum hadir juga dalam hidupku. Tapi aku tetap setia menunggumu. Insya Allah masih tetap sama seperti dulu, sabar, sabar dan sabar...

Tahukah kamu cinta ? Saat ini hatiku masih terkunci, dan mungkin akan terbuka bila engkau datang, karena hanya kamu pemilik kunci itu. Cinta, Belakangan ketika aku sakit, aku benar – benar merasa sendiri, hanya Allah satu – satunya sahabatku. Tidak ada kamu cinta yang menemaniku. Meski di hati ada keinginan besar untuk segera bertemu denganmu cinta tapi aku mencoba mengerti keadaanmu. Aku tahu engkau sedang menimba ilmu-Nya, mencari bekal untuk perjalanan hidup kita. Mungkin juga engkau sedang begitu semangatnya menjemput rizkiNya untuk rencana pernikahan kita. Jika membayangkan betapa gigihnya engkau cinta suamiku kelak, aku semakin tidak sabar ingin bertemu denganmu.

Cinta, aku senang kalau kau seorang pekerja keras, hanya saja aku ingin kau tahu cinta aku tidak akan membebanimu dengan sesuatu diluar kemampuanmu, kelak jika kau mempersunting aku maka aku tidak akan meminta mahar yang mewah. Kau tahu kenapa cinta? Karena yang aku butuhkan adalah kamu, bukan maharmu. aku ingin memperoleh predikat muslimah yang paling mulia. Bukankah muslimah yang paling mulia itu yang paling ringan maharnya? aku juga ingin kau tahu cinta, aku tidak akan menuntutmu macam – macam, apapun yang kau punya akan aku terima dengan tangan terbuka. Karena bagiku bertemu denganmu adalah anugrah yang tak ternilai. Karena aku begitu lelah menunggumu.

Aku juga ingin walimah kita jadi pristiwa yang paling sakral. “Kuterima ijab...binti...dengan mahar...” Hanya dengan satu kalimat itu kau telah membuat perubahan besar dalam hidupmu dan hidupku. Satu kalimat yang membuat sesuatu yang haram menjadi halal dan yang jauh menjadi dekat. Ketika kita telah berikrar menunaikan perjanjian berat itu ( mistaqon-ghalizhan ) maka ketika itu pula masing – masing dari kita harus menunaikan hak dan kewajiban kita. Kewajibanmu adalah hakku dan sebaliknya hakmu adalah kewajibanku. Aku akan belajar dari kelebihanmu untuk menutupi kekuranganku sebaliknya engkau juga akan belajar dari kelebihanku untuk menutupi kekuranganmu hingga kita saling melengkapi.

Ketika kita telah sah menjadi suami istri maka aku berharap kita bisa saling mencintai dikala dekat, menjaga kehormatan dikala jauh, saling menghibur dikala duka, saling mengingatkan dikala bahagia, saling mendoakan dalam kebaikan dan ketaqwaan, juga saling menyempurnakan dalam peribadatan. ( hehe..seperti doa diundangan pernikahan kan? )

Cinta, sebagai pasanganmu jadikanlah aku sahabat untuk berbagi. Sebagai sahabat engkau pasti rela dan senang untuk saling belajar. Karena segala kelebihan pasti mengandung kelemahan dan keterbatasan. Akupun akan belajar menjadi wanita shalehah, karena kau ingin menjadi perhiasan duniamu. Bukankah dunia ini laksana perhiasan dan perhiasan terbaik dalah wanita shalehah ? Menjadi perhiasanmu yang tak pernah musnah yang terus bermanfaat untukmu suamiku nanti, anak- anak kita, dan bagi kehidupan selanjutnya. Perhiasan yang membuat hidup kita lebih berwarna –warni lebih indah dan hidup. Pun aku ingin menjadi cahaya matamu ( Qurratul ain ) belajar menjadi wanita yang menyenangkan dan menyejukkan bila dipandang juga penentram hatimu, maka ajari aku cinta agar aku dapat ikhlas melakukan itu semua tanpa mengeluh dan senantiasa tersenyum dalam keadaan apapun. Seperti doa yang selalu kau panjatkan :

”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai ”qurratul ’ain” (cahaya mata atau penyenang hati kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. 25 : 74)

Cinta, aku menginginkanmu utuh sebagi seseorang yang mencintaiku dengan sederhana tanpa berlebih karena aku tak ingin mengurangi rasa cintamu pada-Nya. Aku ingin pernikahan kita nanti menjadi jembatan kebahagiaan dunia dan khirat. Maka tuntun aku meniti jalan-Nya, dan bersama kita menggapai ridho-Nya. Aku ingin menjadi wanitamu, yang selalu menemanimu dikala susah, tersenyum bersama dikala senang, menghiburmu dikala sakit, meredakan amarahmu, dan menyejukkan hatimu...

Doaku cinta :

” Bismillah... Demi zat yang nyawaku berada digenggaman-Nya. Maha suci Allah yang menganugrahkan perasaan yang begitu indah. Rabb kumpulkanlah aku bersama orang – orang yang kucintai di syurga-Mu yang begitu luas. Pertemukan aku dengan seseorang yang bila ku merindukannya maka ketaatanku pada-Mu kian bertambah. Yang bila ku mengingatnya maka aku kian tunduk pada-Mu...” amin..









Jakarta,
Sabtu, 21 Nov’ 09
11. 21 WIB
Untuk suamiku nanti
Paket specialku yang belum datang...

Jumat, 13 November 2009

Guruku Mr. Einstein


Mr. Einstein..begitulah aku menyebut guruku yang satu ini, secara fisik tentu saja sangat berbeda jauh dengan Albert Instein, ilmuwan jenius di dunia. Tapi, karena dia smart, seperti Einstein maka aku menyebut beliau demikian. Beliau adalah guru fisikaku waktu di SMA. Fisika? bagi sebagian besar murid mendengarnya saja bulu kuduk langsung berdiri, ih..SEREM !! Rasanya seperti bertemu hantu. Menakutkan !!!. Tapi tidak bagiku, ketika mendengar kata itu yang terlintas di benakku adalah seorang laki – laki sepuh, kecil, kurus, dan berkaca mata. Dialah pak Tri Sunarso guru fisika kebanggakanku, yang mampu mengubah imageku tentang fisika. Yah !! beliau membuat fisika menjadi sangat menarik dan tidak kering. Diajar beliau semua rasa takut, tegang dan malu karena tidak bisa menguap seketika. Rasanya menyenangkan, karena itulah aku selalu menantikan kehadiran beliau, sosok yang begitu hangat dan dekat dengan murid – muridnya. Beliau mengenalkan fisika bukan sebagai dogma yang wajib diterima dan tidak boleh ditolak. Karena itulah aku menangkap fisika itu bukanlah setumpuk rumus, soal atau soal, rumus yang memusingkan kepala, bukan itu. Bagiku fisika mudah dan menarik bukan momok yang menakutkan tapi sebuah fantasi yang mengasikkan, karena beliau memang sering membuat gurauan kecil yang sebenarnya sederhana tapi mampu membuatku tertawa, dan mampu menghilangkan rasa stress. The man who has source spirit, itu sebutan aku untuk beliau karena beliau sumber spirit anak – anak III IPA. SEMANGAT!!! ( Sambil mengepalkan tangan beliau ) Begitulah cara beliau memberi semangat kepada murid – muridnya. Rasanya ada simpul – simpul harapan baru ketika selesai di ajar beliau, beliau memang seperti han ji’en dalam serial korea full house atau janggeum dalam serial jewel in the palace yang tak pernah kehabisan semangat dan diajar beliau membuat kami juga tak pernah mengalami krisis semangat. Every where, everytime, SPIRIT!!!

Bagiku beliau adalah sosok panutan kami, sosok pribadi yang sederhana yang tak pernah termakan usia sekalipun keriput telah menggerogotinya. Tidak hanya fisika yang beliau ajarkan kepada murid – muridnya tapi juga sopan santun dan budi pekerti. Disela - sela beliau mengajar, beliau menyisipkan pesan – pesan moral. Beliau mengajarkan bagaimana seharusnya sikap anak pada orang yang lebih tua, sikap murid kepada gurunya, mengajarkan menjadi pribadi yang bertanggung jawab, disiplin dan menjadi dewasa. Menanamkan bagaimana cara mengemban amanah yang kesemuanya itu sesungguhnya merupakan dasar dari pendidikan. Sungguh beliau adalah sosok yang sederhana dan punya kharismatik tersendiri. Menurutku tak ada kata yang mampu menggambarkan sosok beliau yang jenius dan penuh kepribadian selain satu kata PERFECT.

Menurutku beliau adalah satu- satunya guru yang paling mengerti murid – muridnya. Beliau tidak pernah memberati kami dengan tetek bengek seperti yang di lakukan guru lain. Walaupun demikian beliau tidak pernah bisa diajak kompromi tentang waktu, Sekali terlambat mengikuti jam pelajaran beliau dijamin dilarang masuk. Simpelnya beliau longgar tapi ketat, juga sersan ( serius tapi santai ) pokoknya beliau T.O.P. B.G.T !!

Ada kata – kata beliau yang masih tersave diotakku “ Guru bukanlah profesi yang dapat di sandang sembarang pribadi karena guru adalah panggilan jiwa “ ungkapan yang indah bukan ? Yah !! Beliau memang jago membuat kata – kata mutiara karena belaiu juga berjiwa seni. Hebat kan ? dan itu juga salah satu nilai plus beliau yang membuatku semakain kagum. Aku memang tidak tidak bisa menjelaskan ungkapan itu dengan panjang lebar karena aku belum menjadi guru, tapi setidaknya kata – kata itu membuatku jadi tertarik menjadi seorang guru, juga sadar kalau guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia. Aku bisa berkomentar seperti itu karena bercermin dari sosok beliau . Hampir 30 tahun beliau mendedikasikan hidup beliau didunia pendidikan, sebuah rentang waktu yang sangat lama yang hanya bisa dijalani oleh orang- orang yang jiwanya terpanggil. Idealisme beliau dalam dunia pendidikan memang laur biasa. Walaupun sejujurnya aku tidak bisa mencerna setumpuk idealisme yang beliau sodorkan, mungkin karena pengalamanku yang masih sangat dan sangat minim dibandingkan beliau. Maklum anak dusun ( hehe..) itu juga salah satu sindiran beliau kepada kami ( murid-muridnya ) yang justru membuatku dan teman-teman lainnya termotivasi menjadi lebih baik lagi. Insya Allah.


Sungguh suatu kebanggaan bagiku dan sebuah kesempatan yang ‘Wah’ bagiku bisa mengenal dan belajar dengan beliau. Aku berharap beliau mempunyai ‘sayap’ lagi agar beliau bisa terbang,mengembangkan ilmu dan pengalaman beliau untuk kemajaun pendidikan. Aku yakin aku juga murid – muridnya yang lain akan selalu dan selalu merindukan beliau. Merindukan senyum, semangat dan nasehat beliau. Pasti!!. Walaupun hanya sedikit yang baru aku terima dari beliau, bank data kepribadianku, tapi bagiku itu adalah bekal yang cukup untuk masa depanku. Seandainya aku boleh mengungkapkan isi hatiku mewakili murid – muridmu yang lain maka hanya hanya ada sebuah ungkapan : “ Untuk guru kami tercinta tidak ada yang dapat kami berikan untukmu kecuali sebuah kata terima kasih dari lubuk hati kami yang paling dalam untuk segalanya, untuk ilmu juga nasehat – nasehat yang engkau berikan. Kami janji seandainya kami diberi kesempatan untuk menjadi seorang pendidik kami pasti akan melanjutkan cita – citamu, Insya Allah. Doakan kami ya pak, agar kami bisa menjadi sepertimu..” (^_^)







Special to my teacher ‘ Pak Tri ’
( Maaf saat pelajaran bpk, saya malah menulis ini di IPA 2,
Ini kado ulang tahun untuk bapak. Selamat ulang tahun pak..)
12 Juni 2006.

Cita - citaku Berubah ??


Dulu ketika aku kecil, aku punya cita-cita menjadi dokter. Ketika SMP cita – citaku menjadi penyiar radio karena kebutulan saat itu aku punya hobi mendengarkan radio. Ketika SMA cita – citaku berubah lagi menjadi journalist ( wartawan ) karena hobiku membaca dan menulis, dan terinspirasi dari salah satu reporter telivisi. Saat itu tentu saja aku tidak berfikir apakah dengan kondisi kehidupan keluargaku yang sederhana mampu mengantarkan aku meraih cita – citaku, pokoknya yang penting aku punya cita – cita, titik. sebuah titik acuan kemana aku akan melangkah dikemudian hari.

Bagiku cita – cita bukan suatu hal yang mustahil tapi juga bukan sebuah obsesi. Setiap orang bagaimanapun terbatasnya keadaannya berhak memiliki cita – cita dan keinginan yang kuat untuk mencapai cita – cita itu mampu menimbulkan prestasi – prestasi lain sebelum cita – cita sesungguhnya tercapai. Karena keinginan kuat itu juga memunculkan kemampuan – kemampuan besar yang tersembunyi dan keajaiban- keajaiban diluar dugaan. Mungkin aku tidak akan bisa menulis seperti ini kalau aku dulu tidak punya cita – cita menjadi journalist, dan seorang journalist harus tau semuanya, imbasnya tulisan ini ada karena isi otakku penuh akibat terlalu banyak membaca.

Aku sadar, tak semua ekspektasi kita terwujud. Pun aku sadar betul ternyata apa yang aku cita – citakan dulu sewaktu aku kecil sepertinya jauh dari kenyataan. Tapi begitulah hidup, penuh kejutan. Life is not predictable. Atau hidup tak ubahnya sekotak cokelat kata forest gump jika kita membuka kotak cokelat kita tak aka dapat menduga rasa apa yang akan kita dapatkan dari bungkus – bungkus plastik lucu di dalamnya. Kenyataannya kehidupanku sekarang tak sama dengan cita – citaku. Tapi aku menerima semua yang digariskan-Nya. Karena Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun yang terjadi karena kebetulan. Dan sebuah ketidak beraturan buka berarti tanpa arti, Bukankah hidup dan nasib bisa tampak berantakan, misterius dan fantastis ?

Aku sendiri tak menyangka kalau jalan hidupku akan seperti ini, sekarang sebagian waktuku aku habiskan dikantor, menjadi wanita karir. Meski latar belakang pendidikan menjadi seorang guru. Tapi bagiku itu hanya Contingency plan, rencana alternatif. Aku sadar semua itu hanya batu loncatan karena kedepan aku pun ingin menghabiskan sisa waktuku untuk mengajar, mentransfer ilmu yang aku miliki ke orang lain. Dan itu semua tinggal menunggu waktu.

Kini setidaknya aku sudah punya bayangan, jalan mana yang akan aku tempuh, analoginya ketika kita hendak kejakarta tentu kita harus naik bus jurusan jakarta, meski harus muter – muter terlabih dahulu tapi pasti suatu saat akan sampai juga. Menjadi guru itu pilihan hidup yang akan aku tempuh, meski dulu tak pernah terlintas secuilpun diotakku.

Tapi mungkin benar kata andrea hirata dalam bukunya laskar pelangi bahwa suatu kejadian kecil yang tak penting atau suatu kejadian yang sederhana dalam masa lampau dapat saja menjadi sesuatu yang kemudian mempengaruhi kehidupan kita. Pun aku akui kalau aku terinspirasi dari guru – guruku di SMA, orang – orang Istimewa yang aku jadikan spiring partnerku. Ingin seperti mereka yang selalu memotifasi orang lain menjadi lebih baik lagi. Menjadi teladan karena budi pekerti mereka. Meski aku tahu semua itu pun bisa dilakukan tanpa harus menjadi seorang guru. Aku Cuma ingin hidupku bermanfaat untuk orang lain, investasi ilmu yang kelak bisa menjadi bekal diakhirat. Aku fikir menjadi seorang guru seru, bertemu dengan berbagai macam karakter manusia yang berbeda dan unik.

Yah, begitulah. Allah SWT menjawab doa – doaku dulu persis sama seperti yang tak kuminta. Mengutip kata Andrea hirata “ Mungkin begitulah cara Tuhan bekerja, jika kita menganggap doa dan pengabulan merupakan variabel –variabel dalam sebuah fungsi linear maka Tuhan tak lain adalah musim hujan. Sedikit – banyak kita dapat membuat prediksi. Tapi cara bertindak Tuhan aneh. Tuhan tidak tunduk pada postulat dan teorema manapun. Oleh karena itu Tuhan sama sekali tidak dapat di ramalkan. “ It’s for real my life different.























Jakarta,
13 November 2009
17.05 WIB.
Makasih Rabb...
.

Kamis, 12 November 2009

Belajar Bersyukur



Bagiku hidup adalah sebuah anugrah yang harus disyukuri, setiap 24 jam yang aku lalui, begitu sangat bernilai, karena disetiap detiknya ada begitu banyak nikmat yang Allah berikan dalam hidupku. Bersyukur bagiku adalah memanfaatkan setiap waktu yang Allah berikan dengan sebaik- baiknya dan apapun yang akan aku lakukan selalu diniatkan karena-Nya. Hal sekecil apapun itu, aku berusaha menyukurinya. Ketika aku sakitpun, aku berusaha bersyukur. Karena sakit pun adalah ladang pahala, selain itu aku berusaha mencari celah lain dimana aku bisa mengambil syukur dari sakitku. Misalnya, aku bersyukur karena Allah masih memberi aku rizki untuk berobat, andai aku sakit dan aku tidak punya biaya untuk berobat, bisa jadi sakitku lebih parah. Disisi lain, masih ada orang yang sakit yang tak punya biaya untuk berobat, atau aku menganggap sakitku sebagai dispensasi dari Allah agar aku istirahat sejenak dari semua aktifitas yang melelahkan. Lebih – lebih ketika aku sehat, aku harus lebih banyak bersyukur. Karena masih diberi kesempatan beribadah, mencari ilmu, bekerja dan beraktifitas lain. Alkhamdulillah. Prinsipnya sedikit nikmat pun menginspirasikan untuk banyak bersyukur apalagi jika nikmat yang diperolehnya banyak. Bukankah Rosulullah s.a.w bersabda Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit , berarti tidak bisa mensyukuri yang banyak..?

Memiliki keluarga yang lengkap, Bapak, Ibu, Enam Kakak, dan ponakan yang lucu – lucu adalah sebuah kenikmatan. Pun tak dipungkiri kadang aku sering berbeda pendapat dengan orang tua, pernah cekcok dengan saudara, tapi aku mengambil sisi positifnya tidak semua orang masih memiliki orang tua yang lengkap, dan itu membuat aku kian hormat dengan mereka, juga saudara – saudara yang berbeda karakter satu sama lain yang menuntut aku untuk lebih mengerti masing – masing dari mereka, membuat hidupku lebih berwarna. Juga memiliki teman dan sahabat yang begitu baik, selalu mengingatkan dalam hal kebaikan dan taqwa adalah sebuah karunia yang tak ternilai. Begitu banyak nikmat yang Allah berikan dalam hidup, sampai kadang aku malu, takut jika aku tidak dapat mempertanggung jawabkan semua nikmat itu di akhirat kelak. Karena setiap nikmat itu akan dipertanyakan ( QS.At-Takaatsur (102) : 8 )

Meski kadang dalam hidup ada begitu banyak ujian, tapi aku berusaha mensyukurinya dengan cara berkhusnudhon sama Allah, mencoba mengambil hikmah dari ujian itu. Pun aku pernah terpuruk, down dan kecewa. Ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan, tapi itu justru jadi spirit tersendiri, membuat aku jadi belajar menggantungkan semua urusan aku hanya kepada Allah SWT, sekecil apapun itu. Dari urusan rizqi, sampai urusan makan pun aku serahkan sama Allah.

Dalam urusan pekerjaan, ketika aku menghadapi masalah aku berusaha mencari akar permasalahan dan menyelesaikannya sebaik mungkin. Pernah suatu ketika dihina dimaki – maki customer, sampai ditunjuk – tunjuk hanya karena kehilafan kecil, pun aku terima sebagai bagian konsekuensi dari pekerjaanku. Sisi positifnya, mungkin aku harus instropeksi diri belajar lebih ramah lagi,memberikan servis terbaik kepada customer. Mungkin itu juga teguran buat aku agar lebih baik lagi, tidak lantas membuat aku berkecil hati. Aku mensyukurinya karena ada begitu banyak orang yang tidak punya pekerjaan.

Belajar bersyukur memang kelihatannya mudah tapi butuh pembelajaran. Aku sendiri kadang masih suka mengeluh, masih suka protes sama Allah SWT. Kadang sudah diberi begitu banyak masih kurang, memang kadang kita perlu untuk senantiasa melihat ke bawah, agar ketika kita hendak mengeluh dan protes kita malu sendiri sama Allah. Ketika kita mampu menerima dengan legowo semua yang Allah berikan kepada kita, itupun kita sudah belajar bersyukur. Insya Allah hati kita pun luas karena lapang dan sempit keadaan manusia itu letaknya di hati. Ketika hati kita jembar ( Luas ; bahasa jawa ) maka pikiran kita pun tenang. Karena berat dan ringan letaknya berada di akal, dari rasa syukur itulah pikiran kita selalu positif, Insya Allah. Membiasakan mengucapkan hamdalah ketika kita mendapat nikmat itupun salah satu cara menjadi pribadi yang bersyukur. Namun rasa syukur tidak cukup hanya diucapkan, karena syukur melibatkan tiga perkara yaitu kalbu, lisan dan anggota tubuh.

Sebagai seorang muslim, tentu syukur harus menjadi bagian dalam hidup kita. Begitu pentingnya bersyukur dalam kehidupan, membuat islam menempatkan syukur dalam kedudukan yang besar dalam agama. Bukankah iman terdiri dari dua bagian, syukur dan sabar ? bersyukur adalah sebaik – baik jalan kehidupan bagi orang – orang yang berbahagia. Bagiku sendiri bersyukur merupakan suatu keharusan. Karena salah satu jalan bagi orang yang mengharapkan kebaikan bagi dirinya serta memprioritaskan keselamatan dan kebahagiaannya adalah dengan cara bersyukur.

Kalau kita menghitung – hitung semua nikmat Allah Mungkin kita dapat menghitungnya. “ Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya “ ( QS. Ibrahim (14) :34 ), jadi nikmat manakah dari Allah yang kamu dustakan ?? (^_^)














Jakarta,
Kamis, 12 Nov 2009.
15.23 WIB
Terima kasih Rabb, untuk semuanya...

Rabu, 11 November 2009

Aku Merasa Masih Bodoh....



Entah kenapa aku masih merasa diriku bodoh. Aku sendiri tak tahu pasti sejak kapan aku punya perasaan seperti itu, yang pasti aku mulai merasa aku haus akan ilmu ketika aku masuk SMA, dan ketika perasaan itu kian berkecambuk dalam diriku, aku lebih bersemangat mencari ilmu, semangat untuk membaca buku, mengikuti ta’lim dan semangat mencari tau apa yang belum aku tahu. Semakin banyak yang aku tahu, maka semakin sedikit aku merasa ilmu yang aku dapatkan dan semakin itu pula aku semakin merasa bodoh. Mungkin hal itu pula yang mendorong aku hijrah ke Jakarta, karena aku tidak ingin puas begitu saja dengan ilmu yang aku dapatkan, ada semacam spirit luar biasa yang menggerakkan hatiku untuk terus mencari keridhoan-Nya lewat ilmu.

Aku ingat dulu ketika aku lulus SMA, aku mendapat tawaran dari sampoerna foundation ( salah satu pemberi beasiswa bagi siswa berprestasi yang dananya dari salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia ) untuk kuliah di UGM, jogjakarta. Waktu itu Tapi, pada saat aku akan melengkapi persyaratan administrasi yang lainnya, bapakku sakit keras, hingga harus dirawat 9 hari di RSU. Saat itulah aku harus melepaskan kesempatan emas itu karena sebagai anak aku juga punya kewajiban merawat beliau. Pun aku masih ingat ketika hari terakhir batas pengumpulan administarasi duam – diam aku menangis di dalam bus ( saat itu aku dalam perjalanan pulang kerumah dari RSU ). Sejujurnya saat itu aku kecewa tapi sebagai anak aku dituntut untuk mengerti kondisi orang tuaku yang saat itu memang tidak memungkinkan, aku tahu jangankan untuk ongkos ke jogjakarta, untuk mengambil ijasah aku saja, terpaksa harus meminjam uang ke orang. Karena saat itu kondisi keuangan keluarga tidak memungkinkan, harus membayar biaya rumah sakit yang memang tidak sedikit. Setelah kesempatan emas itu hilang aku harus menerima kenyataan pahit, untuk menunda kuliah setahun karena kakakku saat itu juga masih kuliah di Kesehatan dan membutuhkan biaya yang ekstra. Saat itu aku sempat putus asa. Rasanya aku tidak mungkin menjalani waktu setahun hanya untuk berdiam diri di rumah, pun sempat terlintas dipikiranku aku akan mengalami nasib yang sama dengan teman – teman sebayaku,dilamar orang dan menikah. Membayangkan itu semua membuat aku semakin stres.

Dari kejadian itu aku bertekad untuk melanjutkan kuliah lagi tanpa merepotkan orang tuaku, aku jadi tertantang membuktikan kepada orang tuaku kalau aku bisa mewujudkan cita – citaku tanpa merepotkan orang lain, kalau aku pun bisa memakai toga seperti kakakku. Insya Allah..Yang terpenting dari semua itu karena aku ingin mencari ilmu, karena aku merasa aku masih bodoh. Aku sendiri begitu yakin tak ada sesuatu yang diperintahkan oleh Allah kecuali Allah akan memberi pertolongan bagi orang yang menjalankannya. Aku percaya aku bisa membiayai kuliah sarjana tanpa bantuan orang tua. Betapa aku sangat percaya Allah akan memberi sangu bagi para penuntut ilmu, bukankan itu janji-Nya?

Niat itu semakin bulat ketika salah satu saudaraku menawarkan aku hijrah ke Jakarta. Alkhamdulillah tak lama aku di jakarta aku mendapatkan pekerjaan, meski semuanya tak semudah dan tak seindah yang dibayangkan, tapi aku menganggap itu semua bagian dari proses pendewasaan dalam hidup. Sedikit demi sedikit aku menyisihkan penghasilanku, sampai saat itu tiba, tak terasa sudah setahun. Aku masih ingat, september 2007 akhirnya aku bisa mendaftar disalah satu perguruan tinggi swasta, tapi ternyata Allah punya skenario lain, saat itu kakakku membutuhkan biaya untuk akhir sekolahnya, untuk wisuda dll. Pun aku tak punya pilihan lain selain terpaksa harus mengerti dan untuk kedua kalinya aku harus mengalah dan merelakan membatalkan niatku untuk sekolah. Saat itu perasaan aku jauh lebih kecewa, jauh lebih terpukul dari sebelumnya, bahkan sampai satu harian aku menangis, tapi Subhanallah saat itu pula aku merasa mendapat pencerahan, justru aku semakin yakin Allah punya rencana lain yang lebih indah. Aku yakin Allah tahu niat baikku, aku juga tahu Allah tidak akan mengecewakan usaha keras hambanya. Aku berusaha ikhlas, karena aku tau aku hanya bisa meraih Ridho-Nya, jika orang tua ku pun ridho denganku. Semuanya aku lakukan karena aku mencintai keluargaku, karena aku ingin mendapatkan Ridho-Nya.

Selang satu bulan ( bulan Oktober ) ternyata Allah menjawab doa – doa ku. Akhirnya aku bisa kuliah juga, walaupun ekstention ( akhir pekan ) disalah satu perguruan tinggi islam swasta, meski biaya masuk pendaftaran ( saat itu 400 ribu ), aku pinjam dari temanku.

Subhanallah...betapa bahagianya aku saat itu, entahlah tak bisa aku lukiskan seperti apa perasaanku saat itu, hari pertama kuliah, tanpa aku sadari air mataku menetes, perasaanku campur aduk. Senang juga haru karena akhirnya Allah mengabulkan doa – doaku, bisa mencari ilmu lagi. Sedih karena hari pertama aku kuliah aku menggunakan buku tulis lama, dan baru membeli buku baru setelah aku gajian. Bagiku itu adalah hari yang bersejarah yang tak mungkin aku lupakan dalam hidupku, hari terindah ketika untuk kali pertama otakku bangun dari tidurnya setelah satu tahun terakhir aku istirahatkan. Meski saat itu aku sadar, didepanku masih ada begitu banyak hambatan yang harus aku tempuh tapi aku sudah niat, semuanya aku serahkan pada-Nya.

Banyak sekali cerita sedih, haru dan bahagia sepanjang perjalanan yang telah ku tempuh, selama aku mencari ilmu tapi tetap aku bersyukur karena ternyata Allah menepati janji- Nya, meski kadang harus pusing dulu ketika hendak membayar uang semester tapi selalu Allah memberi jalan keluar lewat pertolongan teman – temanku. Subhanallah..

Pun aku harus membagi waktuku dengan bijak. Menyelesaikan pekerjaan aku di kantor dan tugas- tugas kuliahku. Aku tahu tidak mungkin aku bisa adil menyeimbangkan keduanya, meski kadang diwaktu – waktu tertentu ada salah satu yang harus aku korbankan. Belum lagi aku harus mengesampingkan urusan pribadiku, untuk memprioritaskan 2 hal tesebut. Selama 7 hari dalam sepekan aku menghabiskan waktuku untuk 2 hal itu, jarang sekali aku nganggur. Cape, itulah konsekuensinya, tapi aku menikmatinya, aku bersyukur karena Insya Allah waktuku tidak terbuang sia – sia. Bagiku semuanya ibadah, karena Allah.

Sekarang aku merasakan kepuasan yang luar biasa ketika aku mendapatkan ilmu meski hanya sedikit. Aku juga belajar bahwa ternyata mencari ilmu tak hanya di bangku sekolah. Semua yang ada di depan kita adalah ladang ilmu yang harus kita gali, kita tanam dan kelak kita panen. Aku juga belajar bahwa dalam setiap perjalanan hidup kita banyak sekali terselip ilmu yang kadang tidak kita sadari. Di dalam pekerjaan kita juga ada, pun bukan suatu dosa jika kita menjemput rizqi-Nya, sembari mempelajari ilmu dari pekerjaan kita.

Hingga kini aku masih semangat dan berjanji dalam diriku sendiri untuk terus menggali ilmu hingga aku menutup mata. Semangat untuk terus membaca walau kadang mata tak bisa diajak kompromi. Semangat ta’lim meski harus rela pulang ter buru - buru karena mengejar waktu. Semangat untuk terus menambah teman agar bisa barter ilmu, semangat, semangat dan semangat !! Bonusnya? Aku yakin Allah akan melebihkan dan meninggikan orang yang berilmu dari yang lainnya ( Q.S Al Mujadilah : 11 ), doorprise lainnya, dengan ilmu Insya Allah kita akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ilmu juga investasi masa depan, dengan ilmu kita akan mendapat royalti dari amal yang kita lakukan walaupun kita sudah meninggal. Hakikatnya dalam ilmu ada ilmu, dan dalam ilmu kita boleh dapatkan penambahan ilmu. Semakin banyak ilmu yang kita tahu maka semakin banyak pula yang kita tak tahu, Subhanallah luasnya ilmu – Mu. Jadi masihkah kita merasa ilmu kita sudah banyak? Aku sendiri merasa diriku masih bodoh, bagaimana dengan kamu ?? (^_^)
























Jakarta,
Rabu, 4 November’09
15:37 WIB
Terima kasih rabb untuk hidup yang begitu luar biasa ini.