Assalamualaikum..

Mencoba menyelaminya sekali lagi...
Hidup adalah memaknai apa yang kita dapat dan mensyukuri apa yang kita terima..

Minggu, 21 Februari 2010

Belum Jodoh..


Bismillah…

“ Terlambatnya pemberian Allah, Sesudah kita merengek-rengek berdo’a, Semoga tidak membuat kita putus asa. Karena Allah menjamin terkabulnya do’a menurut pilihannya buat kita, bukan menurut yang kita pilih buat diri kita, serta pada saat yang Dia kehendaki bukan pada saat yang kita inginkan. Semoga Allah menguatkan kita ”
Itulah sms yang aku terima dari sahabatku, ketika untuk kedua kalinya Allah menguji perjalanan cintaku. Aku selalu khusnuzon sama Allah, mungkin dulu ketika dalam kasus yang sama Allah mengujiku, aku belum lulus, mungkin saat ini aku sedang remidial, agar nilaiku dihadapan-Nya lebih baik lagi dari sebelumnya. Amin…
Aku sadar, tidak ada media yang paling safe, untuk menjaga kesucian cinta antar dua orang makhluk saling mencintai kecuali dengan pernikahan. Dari niat awal yang baik itulah aku mencoba membulatkan tekad, bahwa ketika apa yang kita lakukan mencari keridhoan-Nya, maka Allah akan memberi kemudahan. Insya Allah…

Rabu dini hari..

Aku kaget, mendengar suara seseorang yang sudah satu bulan ini sedang dekat dengan aku berubah, ada nada kekecewaan yang luar biasa yang tersirat dari setiap kata yang dia ucapkan, hingga sampai pada suatu kalimat :
“ De, tadi aku dah ngomong sama orang tuaku, tentang niat baik kita untuk menikah, tapi…” dia diam sejenak, menghela nafas panjang.
“ orang tuaku tidak merestui hubungan kita… “ , sesak rasanya dadaku, tanpa terasa kristal-kristal bening itu mengalir di pipiku, hufffttttttt…………
Rasanya bisu, tak bisa berkata-kata, Sementara diujung telpon tak terdengar sepatah katapun. Setelah lama hening, Tanpa ingin membebani dia dengan suara isak tangisku, kututup telpon.
Rasanya separuh badan mati….
Ku basuh tubuhku dengan sejuknya air wudhu, kuadukan semuanya pada Allah karena hanya Dia lah tempat mengadu. Lega rasanya, ketika semua unek-unek itu telah dikeluarkan. Ada spirit luar biasa yang kudapat ketika telah selesai ku hanyutkan diriku dalam sujud panjang penuh pengharapan. Bahwasanya semua yang terjadi dalam hidupku sudah diatur sedemikian rupa menurut skenario-Nya. Bahwasanya tak ada selembar daun pun yang jatuh tanpa sepengetahuan-Nya, sejatinya ingin mengeluh dihadapan-Nya, Kenapa harus terulang kembali? Tapi, begitu malunya diri ini ketika ingat begitu banyak nikmat yang diterima, tapi ketika baru diberi sedikit ujian masih mengeluh. Astaghfirullah…

Rabu pagi..

Terasa banget masih ada sesuatu yang mengganjal dihati, apalagi ketika tau dia sakit sampai sempat dibawa ke RS, Alkahamdulillah tidak sampai dirawat. komunikasi kami terputus total. Tapi aku mencoba berpikir positif, mungkin dia juga butuh waktu untuk sedikit menenangkan diri sejenak ...

Kamis dini hari…

Pulang kantor badanku langsung drop, mungkin karena kemarin malam tidak bisa tidur sama sekali, siangnya pun aku hanya tidur 2 jam. Tapi, Alkhamdulillah masih bisa mengontrol keadaan, masih bisa tersenyum dihadapan orang lain. Sayup-sayup ku dengar suara hpku, melawan kantuk kupaksa buka mata antara percaya dan tidak ku baca nama seseorang yang menelponku, seseorang yang sejak tadi siang ku telpon entah sudah berapa kali, tapi tak terhubung, seseorang yang kukirimi begitu banyak pesan singkat tapi kucek berkali-kali masih pending.
“ assalamualaikuum..” kudengar suara lembutnya.
“ Wa’alaikum salam…” Senang rasanya bisa mendengar suara kembali, andai aku bisa menggambarkan seperti difilm kartun mungkin dikepalaku penuh dengan love-love juga bunga-bunga. Pembicaraan pun mengalir seperti biasa, meski tak kudengar guyonan dan banyolannya seperti sebelumnya. Tapi aku tau, dia tak sedrop kemarin malam, meski kadang ada sedikit pesimis, tapi aku berusaha menyakinkannya, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia bercerita tentang alasan orang tuanya yang tak bisa menerima kehadiranku, bukan karena tidak menyukaiku tapi karena dia sudah dijodohkan sebelum bersamaku, tapi tanpa sepengetahuannya. Kali ini tak ada tangis, justru aku semakin tegar dan berusaha menerima kenyataan. Dari pembicaraan itu juga aku tau kalau dia masih ingin mempertahankan aku, berikhtiyar, dan berdoa tentu dengan tangan terbuka aku sambut tawaran itu. Karena aku yakin, aku bisa memperjuangkan cintaku.

Minggu dini hari..

Ada yang berubah dari cara dia bicara, kali ini dia seperti sudah tidak punya harapan lagi untuk terus mempertahankan hubungan kami, meski aku sudah berusaha menyakinkan dia sekuat tenaga, tapi dia masih pesimis, menurutnya semua tidak mungkin…
huffttt….ya Rabby…

Senen dini hari…

Hatiku lelah…
Aku memutuskan pulang kepemalang..
Diperjalanan pulang, kami sempat ngobrol. Kali ini kutangkap ada sinyal-sinyal harapan, tapi kini giliran aku yang down, aku ngarasa hatiku terlalu letih. Perasaanku kacau, mungkin karena itu pula aku memutuskan pulang, bertemu dengan orang-orang yang kucintai, karena aku merasa aku krisis semangat, mungkin dengan bertemu mereka aku punya cadangan energi lagi. Sesekali kudengar banyolannya, dan tawa khasnya dan diakhir pembicaraan dia meyakinkanku.
“ Kemarin ketika aku down kamu begitu semangat . tapi kenapa sekarang kamu yang down? Katanya kita berjuang bareng? Maka biarkan semua seperti air yang mengalir…”
Lega rasanya…

Selasa Sore sampai sekarang…
( 2 Minggu pasca penolakan orang tuanya )

Sehari dirumah, cukup memompa semangatku, apalagi setelah kudapatkan pelukan hangat dari ibu dan bapak, ada doa mereka yang menguatkan aku. Ya robbi, begitu kuatnya ikatan batin orang tua dan anak, hingga mereka bisa membaca perasaan aku, meski tak ku keluarkan. Subhanallah....
Aku kecewa lagi.., entah sudah berapa sms yang aku kirimkan dari aku di rumah, sampai perjalanan pulang kejakarta lagi tak dibalas, baru pada pukul 00.05 dini hari ada 1 sms masuk di inbox darinya. Meski demikian aku selalu berusaha khusnudhon ke dia. Tak disangka pulang kantor, saat aku lewat depan rumahnya, aku bertemu dengannya, tak ada pembicaraan apapun hanya sebuah senyum yang aku sunggingkan untuknya. Senyum yang mengartikan banyak hal, kebahagiaan karena masih bisa bertemu dengannya, senyum kekecewaan, senyum keterpakasaan dan senyum kehampaan…
Entahlah…
aku sendiri bingung kenapa aku tak bisa melakukan apapun selain tersenyum untuknya???
Pasca senyum itu badanku drop total, entah karena terlalu cape, atau karena aku merasa beban dihati begitu berat. Saat itu aku berharap dia akan memberi sedikit perhatian ke aku apalagi saat itu dia tau aku sakit dari sms yang aku kirim ke dia, ternyata ekspektasi aku tak sesuai kenyataan justru ku dapati 2 buah sms yang sangat menyakitkan, dan semuanya dipertegas dengan peryataan dia bahwa keadaan aku justru membuat dia makin terjepit, seperti ada dua buah gunung uhud didepannya, disatu sisi ada orangtua, dan disisi lain ada aku. Dengan dalih tak ingin membuat aku sakit hati dan kecewa lebih dalam dia mengharap pengertianku. Seharusnya aku sudah bisa menangkapa arah pembicaraannya kemana, tapi aku mencoba untuk pura-pura tidak tau dan tidak ngeh maksudnya, membuat semuanya terasa menggantung…
Setelah itu tak pernah ada lagi sms atau telpnya, seperti hilang ditelan bumi tak ada batang hidungnya, aku sadar betul dia sedang menghindar dari aku, alasan klasiknya dia belum siap bertemu denganku, tak tega , malu juga kasian kalau melihat wajahku karena dia tau aku terluka…
Luka yang dia buat dengan sengaja, bukan karena orang tuanya, tapi karena kebingungan yang dia buat sendiri…
Apa itu alasan dia tuk lari dari masalah..???


Kini…

Aku Cuma bisa instropeksi diri, apa mungkin ada yang salah dengan niatku, atau bisa jadi niat itu telah berubah ditengah jalan? Ya Rabbi..jika memang demikian maka aku perlu senantiasa memperbahurui niat itu. Empat tahun aku mengenalnya sebagai teman tak terlintas sedikitpun dibenakku kalau dia yang kan menjadi suamiku, hingga belum lama ini aku baru menyadari kalau ada perasaan yang indah yang Engkau sisipkan dihati ini kepadanya, begitupun sebaliknya. Perasaan yang Engkau bisikkan lewat mimpi berkali-kali. Kini ketika kami ingin merengkuh keridhoan-Mu, berusaha menggenapakan agama kami, lewat sunah Rasul-Mu, ujian ini datang. Meski aku sadar Jodoh itu penuh misteri, juga sama kita main tebak-tebakan, cuma tak bisa diprediksi sedikitpun. Aku sadar sepenuhnya, ketika kita mencintai sesuatu kerena Allah, maka kita tak boleh kecewa dan patah hati, karena ketika hilang satu maka tiada lain Allah kan menggantinya dengan kebaikan , subhanallah….
Meski susah, aku berusaha ikhlas.
Sejujurnya aku tak menyalahakan siapapun atas pristiwa ini, tidak juga dia atau orang tuanya, apa yang seharusnya terjadi memang harus terjadi. Pun aku selalu yakin sedikit demi sedikit tabir itu akan terbuka, akan ada titik terang yang akan Allah tunjukkan kepadaku. Prinsipnya kalau memang dia jodohku tak akan lari kemanapun, tapi kalau bukan meski kita kejar ke ujung dunia tak akan kita dapatkan.
Meski hubungan kami sekarang masih jalan ditempat. Tapi tak menutup kemungkinan suatu saat nanti normal kembali, bahkan mendapat restu orang tuanya, amin…
Pristiwa ini juga mengajarkanku untuk lebih sabar, tapi bukan berarti diam, dan tak berlaku apapun, bukan juga pasrah yang tanpa arah, tapi perpaduan kekuatan dan tawakkal. Aku ingin meluluhkan hati orang tuanya, buat aku tak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha, karena di dunia ini penuh dengan kemungkinan, sekecil apapun peluang harus dicoba. Ketika satu pintu tertutup bukan berarti pintu lain tertutup bukan? Meski hanya celah kecil akan aku coba mengambil hati mereka. Kecuali jika aku sudah berusaha dan berdoa semaksimal mungkin tapi ternyata Allah berkehendak lain maka aku kembalikan semua perkara kepada Allah,, karena semua milik-Nya, bagi-Nya, dan untuk-Nya. Dia yang menggores pena maka hanya Dia yang sanggup menghapusnya.
Sekarang yang aku siapkan hanya mental menerima kemungkinan yang paling buruk sekalipun. Jika kemungkinan paling pahit kami harus mengakhiri semuanya dan kehilangan dia, maka bagiku esensinya bukan kehilangan yang penting pelajaran ikhlasnya. Berat memang tapi aku yakin semuanya akan baik-baik saja. Tak perlu menghitung sebarapa banyak pengorbanan yang sudah diberikan, karena jika demikian maka yang tersisa adalah kekecewaan dan sakit hati. Aku tidak menyesal karena aku tak mengharap balasan dari apa yang sudah akau beri, biarkan Allah yang membalasnya, karena siapa tau aku akan menerima dari penjuru yang tak disangka-sangka. Meski ingin sekali aku pertahankan, tapi aku sudah pasrah dan ikhlaskan semua, semoga apapun yang akan terjadi itu yang terbaik untuk semua pihak, amin……….

,

Jakarta,
Sabtu, 20 feb’10
Untuk masku, jangan lari dari masalah…
Aku juga manusia yang punya hati..