Assalamualaikum..

Mencoba menyelaminya sekali lagi...
Hidup adalah memaknai apa yang kita dapat dan mensyukuri apa yang kita terima..

Rabu, 11 November 2009

Aku Merasa Masih Bodoh....



Entah kenapa aku masih merasa diriku bodoh. Aku sendiri tak tahu pasti sejak kapan aku punya perasaan seperti itu, yang pasti aku mulai merasa aku haus akan ilmu ketika aku masuk SMA, dan ketika perasaan itu kian berkecambuk dalam diriku, aku lebih bersemangat mencari ilmu, semangat untuk membaca buku, mengikuti ta’lim dan semangat mencari tau apa yang belum aku tahu. Semakin banyak yang aku tahu, maka semakin sedikit aku merasa ilmu yang aku dapatkan dan semakin itu pula aku semakin merasa bodoh. Mungkin hal itu pula yang mendorong aku hijrah ke Jakarta, karena aku tidak ingin puas begitu saja dengan ilmu yang aku dapatkan, ada semacam spirit luar biasa yang menggerakkan hatiku untuk terus mencari keridhoan-Nya lewat ilmu.

Aku ingat dulu ketika aku lulus SMA, aku mendapat tawaran dari sampoerna foundation ( salah satu pemberi beasiswa bagi siswa berprestasi yang dananya dari salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia ) untuk kuliah di UGM, jogjakarta. Waktu itu Tapi, pada saat aku akan melengkapi persyaratan administrasi yang lainnya, bapakku sakit keras, hingga harus dirawat 9 hari di RSU. Saat itulah aku harus melepaskan kesempatan emas itu karena sebagai anak aku juga punya kewajiban merawat beliau. Pun aku masih ingat ketika hari terakhir batas pengumpulan administarasi duam – diam aku menangis di dalam bus ( saat itu aku dalam perjalanan pulang kerumah dari RSU ). Sejujurnya saat itu aku kecewa tapi sebagai anak aku dituntut untuk mengerti kondisi orang tuaku yang saat itu memang tidak memungkinkan, aku tahu jangankan untuk ongkos ke jogjakarta, untuk mengambil ijasah aku saja, terpaksa harus meminjam uang ke orang. Karena saat itu kondisi keuangan keluarga tidak memungkinkan, harus membayar biaya rumah sakit yang memang tidak sedikit. Setelah kesempatan emas itu hilang aku harus menerima kenyataan pahit, untuk menunda kuliah setahun karena kakakku saat itu juga masih kuliah di Kesehatan dan membutuhkan biaya yang ekstra. Saat itu aku sempat putus asa. Rasanya aku tidak mungkin menjalani waktu setahun hanya untuk berdiam diri di rumah, pun sempat terlintas dipikiranku aku akan mengalami nasib yang sama dengan teman – teman sebayaku,dilamar orang dan menikah. Membayangkan itu semua membuat aku semakin stres.

Dari kejadian itu aku bertekad untuk melanjutkan kuliah lagi tanpa merepotkan orang tuaku, aku jadi tertantang membuktikan kepada orang tuaku kalau aku bisa mewujudkan cita – citaku tanpa merepotkan orang lain, kalau aku pun bisa memakai toga seperti kakakku. Insya Allah..Yang terpenting dari semua itu karena aku ingin mencari ilmu, karena aku merasa aku masih bodoh. Aku sendiri begitu yakin tak ada sesuatu yang diperintahkan oleh Allah kecuali Allah akan memberi pertolongan bagi orang yang menjalankannya. Aku percaya aku bisa membiayai kuliah sarjana tanpa bantuan orang tua. Betapa aku sangat percaya Allah akan memberi sangu bagi para penuntut ilmu, bukankan itu janji-Nya?

Niat itu semakin bulat ketika salah satu saudaraku menawarkan aku hijrah ke Jakarta. Alkhamdulillah tak lama aku di jakarta aku mendapatkan pekerjaan, meski semuanya tak semudah dan tak seindah yang dibayangkan, tapi aku menganggap itu semua bagian dari proses pendewasaan dalam hidup. Sedikit demi sedikit aku menyisihkan penghasilanku, sampai saat itu tiba, tak terasa sudah setahun. Aku masih ingat, september 2007 akhirnya aku bisa mendaftar disalah satu perguruan tinggi swasta, tapi ternyata Allah punya skenario lain, saat itu kakakku membutuhkan biaya untuk akhir sekolahnya, untuk wisuda dll. Pun aku tak punya pilihan lain selain terpaksa harus mengerti dan untuk kedua kalinya aku harus mengalah dan merelakan membatalkan niatku untuk sekolah. Saat itu perasaan aku jauh lebih kecewa, jauh lebih terpukul dari sebelumnya, bahkan sampai satu harian aku menangis, tapi Subhanallah saat itu pula aku merasa mendapat pencerahan, justru aku semakin yakin Allah punya rencana lain yang lebih indah. Aku yakin Allah tahu niat baikku, aku juga tahu Allah tidak akan mengecewakan usaha keras hambanya. Aku berusaha ikhlas, karena aku tau aku hanya bisa meraih Ridho-Nya, jika orang tua ku pun ridho denganku. Semuanya aku lakukan karena aku mencintai keluargaku, karena aku ingin mendapatkan Ridho-Nya.

Selang satu bulan ( bulan Oktober ) ternyata Allah menjawab doa – doa ku. Akhirnya aku bisa kuliah juga, walaupun ekstention ( akhir pekan ) disalah satu perguruan tinggi islam swasta, meski biaya masuk pendaftaran ( saat itu 400 ribu ), aku pinjam dari temanku.

Subhanallah...betapa bahagianya aku saat itu, entahlah tak bisa aku lukiskan seperti apa perasaanku saat itu, hari pertama kuliah, tanpa aku sadari air mataku menetes, perasaanku campur aduk. Senang juga haru karena akhirnya Allah mengabulkan doa – doaku, bisa mencari ilmu lagi. Sedih karena hari pertama aku kuliah aku menggunakan buku tulis lama, dan baru membeli buku baru setelah aku gajian. Bagiku itu adalah hari yang bersejarah yang tak mungkin aku lupakan dalam hidupku, hari terindah ketika untuk kali pertama otakku bangun dari tidurnya setelah satu tahun terakhir aku istirahatkan. Meski saat itu aku sadar, didepanku masih ada begitu banyak hambatan yang harus aku tempuh tapi aku sudah niat, semuanya aku serahkan pada-Nya.

Banyak sekali cerita sedih, haru dan bahagia sepanjang perjalanan yang telah ku tempuh, selama aku mencari ilmu tapi tetap aku bersyukur karena ternyata Allah menepati janji- Nya, meski kadang harus pusing dulu ketika hendak membayar uang semester tapi selalu Allah memberi jalan keluar lewat pertolongan teman – temanku. Subhanallah..

Pun aku harus membagi waktuku dengan bijak. Menyelesaikan pekerjaan aku di kantor dan tugas- tugas kuliahku. Aku tahu tidak mungkin aku bisa adil menyeimbangkan keduanya, meski kadang diwaktu – waktu tertentu ada salah satu yang harus aku korbankan. Belum lagi aku harus mengesampingkan urusan pribadiku, untuk memprioritaskan 2 hal tesebut. Selama 7 hari dalam sepekan aku menghabiskan waktuku untuk 2 hal itu, jarang sekali aku nganggur. Cape, itulah konsekuensinya, tapi aku menikmatinya, aku bersyukur karena Insya Allah waktuku tidak terbuang sia – sia. Bagiku semuanya ibadah, karena Allah.

Sekarang aku merasakan kepuasan yang luar biasa ketika aku mendapatkan ilmu meski hanya sedikit. Aku juga belajar bahwa ternyata mencari ilmu tak hanya di bangku sekolah. Semua yang ada di depan kita adalah ladang ilmu yang harus kita gali, kita tanam dan kelak kita panen. Aku juga belajar bahwa dalam setiap perjalanan hidup kita banyak sekali terselip ilmu yang kadang tidak kita sadari. Di dalam pekerjaan kita juga ada, pun bukan suatu dosa jika kita menjemput rizqi-Nya, sembari mempelajari ilmu dari pekerjaan kita.

Hingga kini aku masih semangat dan berjanji dalam diriku sendiri untuk terus menggali ilmu hingga aku menutup mata. Semangat untuk terus membaca walau kadang mata tak bisa diajak kompromi. Semangat ta’lim meski harus rela pulang ter buru - buru karena mengejar waktu. Semangat untuk terus menambah teman agar bisa barter ilmu, semangat, semangat dan semangat !! Bonusnya? Aku yakin Allah akan melebihkan dan meninggikan orang yang berilmu dari yang lainnya ( Q.S Al Mujadilah : 11 ), doorprise lainnya, dengan ilmu Insya Allah kita akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ilmu juga investasi masa depan, dengan ilmu kita akan mendapat royalti dari amal yang kita lakukan walaupun kita sudah meninggal. Hakikatnya dalam ilmu ada ilmu, dan dalam ilmu kita boleh dapatkan penambahan ilmu. Semakin banyak ilmu yang kita tahu maka semakin banyak pula yang kita tak tahu, Subhanallah luasnya ilmu – Mu. Jadi masihkah kita merasa ilmu kita sudah banyak? Aku sendiri merasa diriku masih bodoh, bagaimana dengan kamu ?? (^_^)
























Jakarta,
Rabu, 4 November’09
15:37 WIB
Terima kasih rabb untuk hidup yang begitu luar biasa ini.


1 komentar:

  1. subhanallah...
    membaca kata2 ukhti aku merasa malu pada diriku sendiri sekaligus merasa ketinggalan...

    BalasHapus