Assalamualaikum..

Mencoba menyelaminya sekali lagi...
Hidup adalah memaknai apa yang kita dapat dan mensyukuri apa yang kita terima..

Rabu, 28 Oktober 2009

Pa'e (Bapakku)



Kadang mataku sering berkaca – kaca kalau aku melihat sosok lelaki yang satu ini, sosok lelaki yang paling berarti dalam hidupku, dan lelaki yang paling aku cintai dalam hidupku, pelangi dalam langit hatiku yang membuat hidupku lebih berwarna. Tanpa beliau aku tidak akan mungkin jadi seperti ini...Begitu berartinya beliau dalam hidupku, hingga aku ingin sekali menghabiskan sisa hidupku untuk merawat beliau.

“ Bapak” begitu panggilanku untuk beliau. Beliau mendidikku dengan sangat keras dalam hal apapun, terutama dalam masalah pendidikan agama. Aku ingat dulu ketika aku masih kecil, beliau sangat marah bila aku tidak sekolah madrasah atau ngaji, atau ketika aku terlambat bangun dan kesiangan sholat subuh.

Bapak bagi sebagian orang adalah tempat bermanja, setelah ibu, tapi tdak bagi aku. Kadang aku iri melihat anak kecil yang merengek – rengek minta sesuatu kepada ayahnya, karena sejak kecil aku jarang sekali bercengkrama dengan bapak, bukan karena takut tapi, aku segan.

Bapak adalah sosok yang sangat sederhana, karena bapak hanya seorang pegawai negeri itupun golongan yang paling bawah. Gaji bapak yang tidak terlalu besar menuntut kami sekeluarga harus hidup hemat, meskipun demikian keluargaku termasuk keluarga yang berkecukupan, Alkhamdulillah aku dan beberapa kakakku bisa sekolah lancar sampai SMA, bahkan kakakku ada yang kuliah, tentu saja semua itu tak lepas dari kerja keras bapak.

Aku ingat dulu ketika bapak masih dinas, bapak selalu memakai sepeda tuanya, hingga suatu ketika aku pernah protes sama bapak, karena bapak tidak punya sepeda motor padahal temanku yang kebetulan bapaknya juga teman bapak satu kantor punya motor, tapi bapak menyikapi protesku dengan bijak. Kini aku tahu alasan bapak seperti itu, karena bapak tidak mau di kejar - kejar hutang, karena bapak ingin mengajari pada kami menjadi orang yang sederhana. Dulupun rumahku begitu sederhana, berdinding papan, juga berlantai tanah. Semuanya berubah ketika bapak pensiun, perlahan tapi pasti sedikit demi sedikit rumah tuaku direnovasi, itupun karena bapak mendapat pesangon hasil jerih payah bapak selama hampir 25 tahun menjadi PNS.

Bagiku, bapak adalah guru dan penasehatku, sangkin begitu seringnya beliau menasehatiku, aku jadi ingat beberapa nasehat beliau
“nek arep seneng, susah ndisi..” (Kalau mau hidup bahagia, harus hidup susah dulu)
“ajo lali sholat tahajut...” ( jangan lupa sholat tahajut..)
“wong urip ki kudu prihatin...” ( Orang hidup itu harus hemat ), dll.


AKu kadang interest dengan sifat beliau yang tegas dalam masalah keilmuan. Jalan pikiran beliau selalu berorientasi kedepan, karena beliau seorang pegawai atau dalam lingkungan tempat tinggalku, aku sebut priai Kecil. Dalam hidupku, bapak punya kontribusi besar, yang tidak ternilai. Dulu aku sering berontak dengan semua aturan – aturan beliau. Tapi sekarang aku sadar bahwa semua yang dilakukan bapak untukku adalah demi kebaikanku sendiri. Malahan aku sangat bersyukur punya bapak seperti beliau. AKu tahu, dibalik semua sifat keras beliau ada kelembutan luar biasa, yang beliau sembunyikan.


Kini Bapak sudah sangat sepuh, kulitnya keriput dimakan usia. Jari – jari tangannya yang dulu begitu kuat kini sudah mulai lemah. Namun sosoknya tetap berwibawa untukku. Ingin rasanya aku menemani beliau di masa tua beliau. Mengganti semua ketegasan beliau saat mendidikku diwaktu kecil dengan kelembutan...

Ingin sekali aku menyelimuti beliau disaat tidur, sama persis ketika aku masih kecil aku sering pura – pura tertidur depan TV agar digendong beliau kekasur dan diselimuti beliau. Subhanallah....

Aku kadang merasakan ikatan batinku dengan beliau sangat kuat. Beberapa kali ketika bapak saya gerah aku juga ikut merasakan sakit, Seperti ada aliran listrik dalam tubuhku, karena aku dapat merasakan sakit bapak, sering kali juga bapak ada dalam mimpiku, ketika aku begitu merindukan beliau.

Aku juga sadar kalau aku tidak akan sanggup membayar setiap tetes keringat bapak yang membesarkanku, menyekolahkanku, dan mendidikku hingga aku jadi seperti ini. Namun, dibalik keterbatasanku, aku selalu mendoakan beliau setiap waktu, setidaknya disetiap sujudku. Masih ada begitu banyak hal yang aku ingin persembahkan untuk beliau. Aku ingin melihat beliau tersenyum penuh kebanggaan melihat aku memakai toga. Pun aku ingin beliau ada dalam moment paling bersejarah dalam hidupku, ketika kelak aku menikah, beliau menjadi wali saya.

Rabb...Ampunini dosa – dosa beliau, beri kesehatan lahir batin kepada beliau, usia yang panjang namun penuh barokah. Matikanlah beliau dalam keadaan khusnul khotimah...beri beliau tempat yang terbaik disyurga – Mu kelak. Jangan Engkau ambil Beliau sebelum hamba membahagiakan beliau...Semoga setiap amal shalih yang hamba kerjakan menjadi Amal shalih juga bagi beliau. Rabb...dengar dan kabulkan doa hamba ini.

RABBANA FIRLI WALIWALIDAYYA WARKHAMHUMA KAMA RABBAYANI SOGHIRA..




Jakarta.
Selasa, 17 maret 2009
Untuk bapak, aku mencintaimu karena Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar